Duhai diri…
Ingatlah selalu bahwa kau pasti akan meninggalkan dunia, maka jangan sampai kau terlalu sibuk dengannya, sehingga kau lupa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kehidupan setelah mati. Kematian terus mengintaimu dan semakin kian mendekat padamu tanpa kau pernah sadar ketika tiba saatnya dia menjemputmu.
Duhai diri…
Apakah kau yakin bahwa masih ada hari esok yang sudi hadir untukmu? Atau, seberapa yakinkah bahwa kau tidak akan mati diesok hari? Sungguh, tiada kepastian kau masih hidup diesok hari, bahkan beberapa saat di hadapanmu pun kau tak mampu memastikannya.
Duhai diri…
Dari sisi manakah dari dirimu yang layak kau banggakan, sedangkan dirimu adalah tempat terhimpunnya segala kehinaan, kau berasal dari air yang hina, makanan yang kau santap berasal dari sari pati tanah, setiap saat kau bawa-bawa kotoran busuk dalam perutmu. Jika bukan karena Rabbmu, boleh jadi kau lebih hina dari hewan sekalipun. Apakah kau hendak merusak penghormatan dari Rabbmu dengan berbuat angkuh?
Duhai diri…
Seberapa sucikah dirimu dari kesalahan? Apakah kau merasa bersih dari dosa? Lantas, mengapa kau merasa ni’mat ketika membicarakan aib saudaramu? Atau mengapa kau seolah merasa bersalah ketika tidak ikut serta dengan kelompok orang-orang yang senang membicarakan aib orang lain? Mengapa kau begitu sibuk dengan aib orang lain sehingga tidak sempat melihat aibmu sendiri? Mengapa bukan aibmu saja yang kau sebarkan kepada segenap penjuru manusia?
Duhai diri…
Sungguh kikir kau ini, kau seringkali menghitung-hitung setiap amal ibadah yang kau lakukan, namun jarang sekali atau bahkan tidak pernah kau menghitung berapa juta kali lipat karunia Rabbmu yang kau terima tanpa kau pinta. Sadarlah wahai diri yang tak tahu diri, bila kau beribadah yang sepenuhnya dalam hidupmu, maka sesungguhnya karunia Rabbmu yang kau terima dalam satu jam saja sudah lebih dari cukup untuk dapat membalas segala ibadah yang kau lakukan.
Duhai diri…
Kenapa kau ini? Seringkali kau me-nomordua-kan Allah, sedangkan Dia-lah dzat yang menjadikan kau hidup, Dia-lah yang menganugerahkan rizqi untukmu, siapakah lagi selain-Nya yang berkuasa memberi rizqi untukmu bila Dia menahannya? Hendak kau kemanakan Allah dalam hatimu? Sedang Nama-Nya senantiasa kau sebut dalam ikrarmu, bahwa seluruh sholat, ibadah, hidup dan matimu kau persembahkan hanya pada-Nya? Begitu pelupa-nyakah dirimu sehingga sebegitu seringnya kau ucapkan ikrar itu sesering itu pula kau melupakan keberadaan Rabbmu?
Duhai diri…
Sungguh celaka kau ini! Betapa sering kau berpendapat tanpa ilmu? Kau sebarkan pendapat itu seolah-olah itu berasal dari Al-Qur’an dan sunnah, padahal pendapatmu itu hanyalah sebuah dugaan. Kau sesatkan manusia banyak dengan pendapatmu itu, aduhai sungguh malang kau ini.
Duhai diri…
Seberapakah cerdasnya dirimu?!!! Sehingga tanpa malu dan aling-aling, kau bantah semua ayat-Nya yang tidak sesuai dengan kehendak nafsumu, lalu dengan kecerdasan yang kau anggap super itu, kau susun sebuah pedoman yang sesuai dengan nafsu hinamu yang akan kau gunakan untuk mengatur hidupmu. Kau berharap hidupmu akan lebih baik dengannya, dan kau ajak manusia mengikuti pedoman yang kau buat itu. Padahal betapapun kau kumpulkan orang-orang cerdas yang ada pada zamanmu dan sebelum-sebelummu, bahkan dengan otak yang sekelas einstein sekalipun tidak akan mampu membuat sebuah pedoman hidup yang sebaik, selengkap dan sesempurna Al Qur’an, karena ia adalah Kalam Dzat yang menciptakanmu, yang pastinya amat dan paling mengerti apa yang kau butuhkan. Tolong kau camkan dan kau renungkan hal ini duhai diri.
Duhai diri…
Di manakah kau letakkan rasa malumu? Rabb-mu menciptakan bumi ini dengan tidak main-main, dan tiada sesuatupun yang Dia jadikan dengan sia-sia. Lalu mengapa tanpa pernah merasa rugi, kau sia-siakan jatah waktu yang dia tetapkan untukmu dengan bermain-main, atau bahkan kau gunakan waktumu untuk mendurhakai-Nya. Berapa waktu yang kau habiskan untuk membaca koran, yang kau merasa rugi bila melewatkannya, sedangkan tuk membaca qur’an kau cukupkan dengan hanya sekedar satu atau dua menit saja.
Ingatlah selalu bahwa kau pasti akan meninggalkan dunia, maka jangan sampai kau terlalu sibuk dengannya, sehingga kau lupa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kehidupan setelah mati. Kematian terus mengintaimu dan semakin kian mendekat padamu tanpa kau pernah sadar ketika tiba saatnya dia menjemputmu.
Duhai diri…
Apakah kau yakin bahwa masih ada hari esok yang sudi hadir untukmu? Atau, seberapa yakinkah bahwa kau tidak akan mati diesok hari? Sungguh, tiada kepastian kau masih hidup diesok hari, bahkan beberapa saat di hadapanmu pun kau tak mampu memastikannya.
Duhai diri…
Dari sisi manakah dari dirimu yang layak kau banggakan, sedangkan dirimu adalah tempat terhimpunnya segala kehinaan, kau berasal dari air yang hina, makanan yang kau santap berasal dari sari pati tanah, setiap saat kau bawa-bawa kotoran busuk dalam perutmu. Jika bukan karena Rabbmu, boleh jadi kau lebih hina dari hewan sekalipun. Apakah kau hendak merusak penghormatan dari Rabbmu dengan berbuat angkuh?
Duhai diri…
Seberapa sucikah dirimu dari kesalahan? Apakah kau merasa bersih dari dosa? Lantas, mengapa kau merasa ni’mat ketika membicarakan aib saudaramu? Atau mengapa kau seolah merasa bersalah ketika tidak ikut serta dengan kelompok orang-orang yang senang membicarakan aib orang lain? Mengapa kau begitu sibuk dengan aib orang lain sehingga tidak sempat melihat aibmu sendiri? Mengapa bukan aibmu saja yang kau sebarkan kepada segenap penjuru manusia?
Duhai diri…
Sungguh kikir kau ini, kau seringkali menghitung-hitung setiap amal ibadah yang kau lakukan, namun jarang sekali atau bahkan tidak pernah kau menghitung berapa juta kali lipat karunia Rabbmu yang kau terima tanpa kau pinta. Sadarlah wahai diri yang tak tahu diri, bila kau beribadah yang sepenuhnya dalam hidupmu, maka sesungguhnya karunia Rabbmu yang kau terima dalam satu jam saja sudah lebih dari cukup untuk dapat membalas segala ibadah yang kau lakukan.
Duhai diri…
Kenapa kau ini? Seringkali kau me-nomordua-kan Allah, sedangkan Dia-lah dzat yang menjadikan kau hidup, Dia-lah yang menganugerahkan rizqi untukmu, siapakah lagi selain-Nya yang berkuasa memberi rizqi untukmu bila Dia menahannya? Hendak kau kemanakan Allah dalam hatimu? Sedang Nama-Nya senantiasa kau sebut dalam ikrarmu, bahwa seluruh sholat, ibadah, hidup dan matimu kau persembahkan hanya pada-Nya? Begitu pelupa-nyakah dirimu sehingga sebegitu seringnya kau ucapkan ikrar itu sesering itu pula kau melupakan keberadaan Rabbmu?
Duhai diri…
Sungguh celaka kau ini! Betapa sering kau berpendapat tanpa ilmu? Kau sebarkan pendapat itu seolah-olah itu berasal dari Al-Qur’an dan sunnah, padahal pendapatmu itu hanyalah sebuah dugaan. Kau sesatkan manusia banyak dengan pendapatmu itu, aduhai sungguh malang kau ini.
Duhai diri…
Seberapakah cerdasnya dirimu?!!! Sehingga tanpa malu dan aling-aling, kau bantah semua ayat-Nya yang tidak sesuai dengan kehendak nafsumu, lalu dengan kecerdasan yang kau anggap super itu, kau susun sebuah pedoman yang sesuai dengan nafsu hinamu yang akan kau gunakan untuk mengatur hidupmu. Kau berharap hidupmu akan lebih baik dengannya, dan kau ajak manusia mengikuti pedoman yang kau buat itu. Padahal betapapun kau kumpulkan orang-orang cerdas yang ada pada zamanmu dan sebelum-sebelummu, bahkan dengan otak yang sekelas einstein sekalipun tidak akan mampu membuat sebuah pedoman hidup yang sebaik, selengkap dan sesempurna Al Qur’an, karena ia adalah Kalam Dzat yang menciptakanmu, yang pastinya amat dan paling mengerti apa yang kau butuhkan. Tolong kau camkan dan kau renungkan hal ini duhai diri.
Duhai diri…
Di manakah kau letakkan rasa malumu? Rabb-mu menciptakan bumi ini dengan tidak main-main, dan tiada sesuatupun yang Dia jadikan dengan sia-sia. Lalu mengapa tanpa pernah merasa rugi, kau sia-siakan jatah waktu yang dia tetapkan untukmu dengan bermain-main, atau bahkan kau gunakan waktumu untuk mendurhakai-Nya. Berapa waktu yang kau habiskan untuk membaca koran, yang kau merasa rugi bila melewatkannya, sedangkan tuk membaca qur’an kau cukupkan dengan hanya sekedar satu atau dua menit saja.
No comments:
Post a Comment